Analis ‘Israel’: “Hamas Terus Berfungsi sebagai Kekuatan yang Kohesif dan Dominan di Gaza”
1 July 2025, 20:11.

Foto: Tangkapan layar video
PALESTINA (Palestine Chronicle) – Analis ‘Israel’, Michael Milstein, mengatakan ‘Israel’ masih terjebak dalam kegagalan pada operasi genosidanya di Gaza karena tujuan strategisnya telah runtuh dan Hamas tetap memegang kendali.
Setelah gencatan senjata yang dimediasi AS antara ‘Israel’ dan Iran, rezim biadab zionis sekali lagi menghadapi dilema yang sudah tidak asing lagi di Gaza.
Tujuan utamanya, yaitu membongkar infrastruktur politik dan militer Hamas serta mengamankan pembebasan semua tawanan, masih belum terpenuhi, menurut mantan perwira intelijen ‘Israel’, Michael Milstein.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Senin (30/6/2025) di surat kabar ‘Israel’ Yedioth Ahronoth, Milstein, yang mengepalai Forum Studi Palestina di Universitas Tel Aviv, berpendapat bahwa Hamas terus berfungsi sebagai kekuatan yang kohesif (menyatu) dan dominan di Gaza, serta mampu bertahan dan melawan upaya ‘Israel’ guna membongkar otoritasnya.
“‘Israel’ telah membuat jalan memutar yang besar untuk menemukan mereka menghadapi persimpangan strategis yang sama; seperti yang mereka hadapi lebih dari setahun yang lalu.”
“Yakni terjebak di antara dua pilihan yang buruk: penjajahan skala penuh di Gaza atau kompromi yang mahal yang mengakhiri perang dan menarik diri dari Jalur Gaza,” tulis Milstein.
Tiga bulan setelah agresi genosida dimulai kembali di Gaza—pada Maret 2025—dilema inti ‘Israel’ masih belum terselesaikan, menurut analis militer itu.
“Meskipun beberapa komandan telah terbunuh, Hamas masih dominan di lapangan—mereka berhasil melakukan perlawanan dan mengendalikan ruang publik,” jelas laporan itu, “tidak ada kekacauan, seperti yang lazim diwartakan dalam wacana ‘Israel’.”
Selain itu, upaya untuk menekan Hamas agar mau melakukan pertukaran tawanan tidak banyak membuahkan hasil.
Dengan satu-satunya pengecualian adalah pembebasan seorang tentara ‘Israel’-Amerika, yang digambarkan lebih sebagai pesan kepada Presiden AS, Donald Trump, dibanding persetujuan atas ‘Israel’.
Pada saat yang sama, upaya untuk membangun model tata kelola alternatif di Gaza, seperti milisi lokal atau mekanisme distribusi bantuan, sejauh ini gagal, imbuhnya.
Strategi ‘Fantasi’
Milstein mengkritik ekspektasi yang tidak realistis dalam wacana publik ‘Israel’, yang ia gambarkan sebagai “fantasi”.
Yang pertama adalah keyakinan bahwa Hamas dapat disingkirkan dengan cepat, tanpa diskusi serius tentang konsekuensi penjajahan kembali Gaza.
Ia memperingatkan seruan untuk penjajahan penuh sebagian besar bersifat ideologis, yang menyamar sebagai kebutuhan strategis.
Yang kedua adalah kemungkinan meyakinkan dunia Arab untuk menanggung Jalur Gaza (karena) tidak ada negara yang menyetujuinya.
Yang ketiga adalah pembentukan kantong-kantong yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata sebagai alternatif dari Hamas, seperti milisi yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab.
Fantasi yang paling meresahkan, menurut pendapatnya, adalah gagasan Trump untuk mengusir populasi Gaza secara paksa.
Ia menegaskan tidak ada negara di dunia yang mendukung atau bersedia membantu proyek semacam itu. (Palestine Chronicle)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
