Bocah Rohingya Meninggal Ditabrak Becak Motor, Lalu Lintas di Sekitar Kamp Harus Lebih Dikendalikan

7 July 2025, 14:25.

Foto: Rohingya Khobor

BANGLADESH (Rohingya Khobor) – Seorang anak muhajirin Rohingya berusia 12 tahun, Mohammad Reyas, putra Md Anowar, meninggal dunia akibat kecelakaan becak motor di dekat perbatasan Camp-8W dan Camp-18 pada Jumat (4/7/2025) sore.

Kecelakaan itu terjadi sekira pukul 4:45 sore, ketika Reyas—yang baru saja menyelamatkan diri dari Myanmar—sedang bermain di dekat pinggir jalan bersama teman-temannya lalu tertabrak oleh becak motor yang lewat.

Ia dilarikan ke rumah sakit MSF di Camp-8W, tetapi dokter menyatakannya meninggal pada pukul 5:00 sore karena cedera kepala yang parah.

Reyas dan keluarganya telah melarikan diri dari Desa Labadaung di Buthidaung, negara bagian Rakhine, dan tiba di Bangladesh pada Maret 2025.

Mereka menyelamatkan diri dari meningkatnya kekerasan dan persekusi oleh Arakan Army (AA). Keluarga tersebut saat ini tinggal di Camp-18.

“Dia baru saja mendaftar di Kelas 4,” kata seorang tetangga, “dia ingin bisa belajar dan hidup dengan damai. Sekarang, dia telah meninggal dunia.”

Sejak awal 2024, serangan yang gencar oleh AA di Rakhine utara telah memaksa lebih dari 40.000 warga Rohingya mengungsi dari tanah airnya.

Sedikitnya 2.500 kematian dilaporkan antara Maret hingga Agustus tahun lalu, menurut kelompok pemantau internasional.

“Meskipun mereka berjanji untuk melindungi Rohingya, tindakan mereka menunjukkan hal yang sebaliknya,” ungkap Nay San Lwin, salah satu pendiri Free Rohingya Coalition, “seluruh kota telah dikosongkan, dan kehidupan menjadi hancur.”

Kematian Reyas adalah pengingat yang gamblang bahwa bahkan di tempat-tempat pengungsian, anak-anak Rohingya tetap rentan—terhadap lingkungan yang tidak aman, infrastruktur yang buruk, dan tekanan psikologis akibat pengungsian.  

Saat keluarganya mencari perlindungan di Bangladesh, bahaya yang datang dari kamp-kamp yang penuh sesak dan perlindungan yang tidak memadai terus merenggut nyawa yang tidak bersalah. 

Kelompok-kelompok kemanusiaan dan para pemimpin kamp menyerukan tindakan pengendalian lalu lintas yang lebih ketat di dalam kamp untuk mencegah tragedi lebih lanjut.  

Keluarga Reyas, seperti banyak keluarga lainnya, datang mencari keselamatan dan masa depan. Namun, mereka kini harus berduka atas kehilangan seorang anak yang tidak pernah memiliki kesempatan untuk tumbuh dewasa. (Rohingya Khobor)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Pertahanan Sipil: “Penjajah Halangi Upaya Penyelamatan Warga Gaza yang Berteriak dari Bawah Reruntuhan”
Puluhan Ribu Warga Palestina Menentang Keras Larangan Beribadah di Masjidil Aqsha »