Krisis Pendanaan, Bantuan Kemanusiaan untuk Muhajirin Rohingya Terancam Terhenti
13 July 2025, 20:39.

Para muhajirin Rohingya berkumpul di titik distribusi bantuan di Kamp Kutupalong, Ukhia, distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, pada 6 Maret 2025. (AFP)
BANGLADESH (Al Jazeera) – Keadaan para muhajirin Rohingya di Bangladesh terancam memburuk dengan cepat, kecuali dapat diperoleh lebih banyak dana untuk layanan bantuan penting.
Juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Babar Baloch, mengatakan ada kesenjangan besar antara apa yang dibutuhkan dan sumber daya yang tersedia.
“Kesenjangan pendanaan ini akan memengaruhi kehidupan sehari-hari para pengungsi Rohingya karena mereka bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk makanan, kesehatan, dan pendidikan setiap hari,” ujar Baloch kepada wartawan di Jenewa, Jumat (11/7/2025).
Sektor kemanusiaan telah terguncang oleh pengurangan dana dari para donor utama, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya karena mereka memprioritaskan anggaran pertahanan yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap Rusia dan Cina.
Baloch menambahkan, “Dengan krisis pendanaan global yang akut, kebutuhan kritis para pengungsi yang baru tiba maupun yang sudah ada tidak akan terpenuhi. Layanan penting bagi seluruh populasi pengungsi Rohingya berisiko runtuh, kecuali dana tambahan dapat diperoleh.”
Jika pendanaan tidak mencukupi, layanan kesehatan akan sangat terganggu pada bulan September.
Dan pada bulan Desember, bantuan pangan esensial akan dihentikan, sebut UNHCR, yang menyatakan bahwa permohonannya sebesar $255 juta baru terdanai 35 persen.
Pada bulan Maret, Program Pangan Dunia mengumumkan bahwa “kekurangan dana yang parah” untuk Rohingya memaksa pemotongan voucher makanan bulanan dari $12,50 (Rp200.000) menjadi $6 (Rp90.000) saja per orang.
Lebih dari satu juta warga Rohingya telah hidup berdesakan di dalam kamp-kamp pengungsian di Bangladesh, menjadikannya permukiman pengungsi terbesar di dunia.
Sebagian besar melarikan diri dari tindakan keras brutal pada tahun 2017 oleh militer Myanmar, meskipun beberapa telah berada di sana lebih lama.
Kekerasan dan penganiayaan yang terus berlanjut terhadap bangsa Rohingya di Arakan (negara bagian Rakhine), Myanmar barat, yang mayoritas beragama Buddha, telah memaksa mereka untuk kembali mencari perlindungan di Bangladesh, menurut UNHCR.
Sedikitnya 150.000 muhajirin Rohingya baru telah tiba di Cox’s Bazar sepanjang 18 bulan terakhir. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
