SNHR: “Pengabaian Dunia dan PBB Berulang di Suriah; Dari Gempa Februari 2023 hingga Kebakaran Juli 2025”
13 July 2025, 20:40.

Sumber: Syrian Civil Defense
SURIAH (SNHR) – Syrian Network for Human Rights (SNHR), Rabu (9/7/2025), mengeluarkan pernyataan berjudul “Repeated International and UN Neglect in Syria: From the February 2023 Earthquake to the July 2025 Fires”.
Pernyataan tersebut mengecam ketidakpedulian komunitas internasional terhadap bencana kebakaran besar yang telah melanda wilayah pesisir Suriah sejak 30 Juni 2025.
Kebakaran ini merupakan salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah Suriah kontemporer.
Bencana ini menunjukkan tingkat pengabaian yang mengejutkan yang dihadapi warga Suriah, bahkan dalam situasi kemanusiaan mereka yang paling buruk sekalipun.
Selama enam hari berturut-turut, kebakaran telah menghanguskan lebih dari 14.000 hektare hutan dan lahan pertanian—setara dengan 140 kilometer persegi—yang mewakili lebih dari 4% dari total luas hutan negara tersebut.
Kerusakan meluas ke 34 lokasi utama di pedesaan Provinsi Latakia dan Tartous, termasuk wilayah-wilayah dengan peran lingkungan yang vital, seperti Jabal al-Turkman, al-Farnlaq, Ras al-Basit, Qastal, Ma’af, dan Rabia.
Kebakaran membentuk front aktif yang membentang lebih dari 23 kilometer, secara langsung mengancam Cagar Alam Farnlaq—hutan pesisir lebat terakhir yang tersisa di Suriah.
Ratusan keluarga terpaksa mengungsi dari rumah mereka di desa-desa Beit Ayyoush, Mazraa, Sabboura, dan Al-Basit; dengan lebih dari 5.000 orang terdampak langsung dan ratusan lainnya mengungsi.
Tanggapan komunitas internasional terhadap bencana ini merupakan salah satu kegagalan kemanusiaan paling menonjol dalam sejarah modern.
Sejauh ini, keterlibatan PBB terbatas pada apa yang disebutnya sebagai “penilaian mendesak” selama empat hari penuh setelah kebakaran terjadi, padahal ribuan hektare lahan terus terbakar setiap jamnya.
Uni Eropa gagal merespons bencana tersebut, meski telah berlangsung selama enam hari, padahal mereka secara konsisten mengklaim kepemimpinan mereka dalam isu-isu iklim dan lingkungan, di tengah kemampuan yang memungkinkan untuk mengirimkan tim pemadam kebakaran khusus dan helikopter ke titik mana pun di benua tersebut dalam waktu kurang dari 24 jam melalui Mekanisme Perlindungan Sipil Eropa.
Liga Arab turut gagal mengoordinasikan respons kolektif apa pun, walau bencana tersebut berdampak pada wilayah Arab. Bank Dunia tetap bungkam, gagal memberikan dukungan darurat apa pun, meskipun kebakaran berdampak langsung pada infrastruktur dan perekonomian Suriah.
Respons Regional: Sebuah Panutan
Berlawanan dengan kebisuan internasional ini, negara-negara tetangga Suriah telah memberikan model respons kemanusiaan yang efektif dan cepat.
-Turkiye: mengirimkan dua helikopter dan 11 mobil pemadam kebakaran segera setelah menerima panggilan darurat pada 5 Juli.
-Yordania: mengirimkan tim pertahanan sipil khusus dan dua helikopter Black Hawk yang dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran modern.
-Lebanon: meskipun sedang mengalami krisis ekonomi yang mendalam, negara ini berhasil mengirimkan dua helikopternya pada 7 Juli.
Pola Kelalaian Berulang
Kegagalan komunitas internasional ini mengingatkan dunia pada pola kelalaian yang sama terhadap gempa bumi Februari 2023, ketika Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat PBB saat itu, Martin Griffiths, secara jujur mengakui bahwa organisasi tersebut “sejauh ini telah gagal membantu rakyat Suriah barat laut.”
Oleh karena itu, SNHR menuntut PBB untuk menyatakan keadaan darurat lingkungan di Suriah dan mengaktifkan Dana Tanggap Darurat Pusat dengan jumlah tidak kurang dari US$75 juta (lebih dari 1,2 triliun rupiah), serta mengerahkan tim teknis khusus dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan dan Program Lingkungan dalam waktu 24 jam.
Selain itu, PBB juga harus membentuk komite investigasi independen untuk menyelidiki alasan keterlambatan respons PBB dan menyerahkan laporan dalam waktu 30 hari.
Sementara itu, untuk Uni Eropa, SNHR mendesak mereka agar mengaktifkan Mekanisme Perlindungan Sipil Eropa untuk mengirimkan tim pemadam kebakaran dan peralatan khusus dalam waktu 48 jam, serta meluncurkan inisiatif keadilan iklim Eropa di kawasan Mediterania, dengan melibatkan Suriah sebagai mitra aktif.
SNHR menegaskan, hal yang terjadi selama enam hari bencana tersebut hanya dapat digambarkan sebagai kegagalan nyata dalam menegakkan prinsip-prinsip paling mendasar dari solidaritas manusia dan kewajiban yang tercantum dalam hukum internasional.
Setiap jam penundaan mengakibatkan lebih banyak kerugian dan penderitaan, yang jelas-jelas melanggar kewajiban yang harus menjamin perlindungan bagi setiap manusia, tanpa diskriminasi, tanpa memandang kewarganegaraan. (SNHR)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
