MSF: “16,5 Juta Warga Suriah Membutuhkan Bantuan Kemanusiaan”

26 July 2025, 20:02.

Bangunan-bangunan yang hancur di Desa Anjar, sebelah barat kota Aleppo, Suriah, Mei 2025. Foto: AbdelRahman Sadeq/MSF

SURIAH (MSF) – Jatuhnya rezim diktator Suriah pada 8 Desember 2024 setelah puluhan tahun “berkuasa”, merupakan titik balik yang signifikan bagi negara yang hampir 14 tahun dirundung kekerasan tersebut.

Médecins Sans Frontières (MSF) telah mendapatkan akses ke wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali rezim sebelumnya, di mana mereka tidak diizinkan untuk bekerja.

Konsekuensi langsung dan tidak langsung dari kekerasan berkepanjangan sangatlah parah; 16,5 juta orang membutuhkan bantuan.

Kebutuhan kesehatan masyarakat Suriah telah terabaikan selama lebih dari satu dekade, termasuk di wilayah-wilayah yang tidak secara langsung terdampak perang.

Selama perang, fasilitas kesehatan dirusak atau dihancurkan secara sistematis sehingga warga Suriah saat ini hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki akses ke layanan kesehatan di beberapa tempat, terutama di daerah pedesaan.

Banyak fasilitas kesehatan yang masih berdiri hanya berfungsi sebagian atau bahkan tidak berfungsi sama sekali karena tantangan besar seperti kurangnya sumber daya manusia.

Fasilitas kesehatan yang masih berfungsi terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang diperburuk oleh konflik.

Orang dengan penyakit tidak menular, misalnya, telah hidup tanpa perawatan yang mereka butuhkan.

Setelah bertahun-tahun mengalami keruntuhan ekonomi, sembilan dari 10 warga Suriah hidup dalam kemiskinan; membuat obat-obatan yang tersedia di negara itu tidak lagi terjangkau bagi kebanyakan orang.

Meskipun kebutuhan sangat besar di mana-mana, pemotongan dana bantuan global yang parah untuk program-program kemanusiaan telah berdampak pada semua sektor di Suriah, termasuk sistem perawatan kesehatan.

Banyak organisasi terpaksa tiba-tiba menarik dukungan mereka, memaksa beberapa rumah sakit dan pusat layanan kesehatan untuk membuat keputusan sulit dalam mengurangi operasionalnya atau bahkan menutup sepenuhnya.

Kembali ke Reruntuhan dan Sisa-sisa Perang

Per Juli 2025, diperkirakan lebih dari 1,5 juta pengungsi internal Suriah telah kembali ke daerah asal mereka sejak akhir November 2024, dan lebih dari 641.000 muhajirin Suriah telah masuk kembali dari negara-negara tetangga sejak awal Desember 2024.

Namun, mereka belum tentu bisa kembali ke rumah mereka. Orang-orang yang telah kembali mendapati kehancuran besar yang berdampak parah pada infrastruktur sipil, termasuk jaringan listrik dan sumber air.

Dengan kondisi permukiman yang juga rusak parah, warga Suriah terpaksa tinggal di rumah-rumah yang hancur atau bangunan yang sama sekali tidak aman sehingga berisiko mengalami cedera traumatis.

Selain itu, para muhajirin yang kembali menghadapi risiko yang mengancam jiwa berupa amunisi dan ranjau darat yang belum meledak, yang tersebar di rumah dan lahan pertanian sehingga menghambat kemampuan mereka untuk membangun kembali kehidupan.

Muhammad Issa menerima perawatan di klinik keliling MSF di Ghouta Timur untuk cedera yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan luka dalam di kaki kanannya. Suriah, Mei 2025. (AbdelRahman Sadeq/MSF)

Kurangnya Akses terhadap Air dan Sanitasi Mengancam Kesehatan

Akses terhadap air bersih di daerah-daerah kepulangan, serta di kamp-kamp pengungsian dan permukiman sementara, menjadi sebuah kesulitan besar yang diperparah oleh kurangnya listrik, infrastruktur yang hancur, dan kekeringan.

Akibatnya, masyarakat bergantung pada air yang didistribusikan dengan truk yang berisiko terkontaminasi. Sistem pembuangan limbah dan pengelolaan limbah hanya berfungsi sebagian, bahkan hancur total di beberapa daerah.

“MSF prihatin dengan implikasi kesehatan dari kondisi air dan sanitasi yang buruk yang kami saksikan di area kamp-kamp pemulangan dan pengungsian,” kata Caroline Chestnutt, Manajer Kegiatan Air dan Sanitasi MSF di Suriah.

“Kondisi kehidupan yang buruk terus menempatkan orang-orang pada risiko penyakit menular, seperti infeksi kulit dan penyakit yang ditularkan melalui air, seperti diare akut dan kronis.”

“Mengingat kebutuhan layanan kesehatan yang sangat besar di Suriah, MSF memperluas kegiatan kami ke 11 dari 14 provinsi,” kata Brian Moller, Kepala Misi MSF di Suriah.

“Tujuan utama operasi kami adalah untuk menanggapi kebutuhan medis dan kemanusiaan masyarakat, mendekatkan layanan kesehatan kepada komunitas yang mungkin tidak memiliki akses.”

MSF berupaya meningkatkan ketersediaan air bersih di area kamp pemulangan dan pengungsian di seluruh Suriah. Tim teknis merehabilitasi sumur bor dan memasok air bersih kepada penduduk.

“MSF tetap berkomitmen penuh untuk mengadvokasi kebutuhan paling mendesak dan kesenjangan sistematis yang menghambat akses terhadap perawatan medis esensial.” (MSF)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Lembaga Pers Global Desak Penjajah Buka Akses Masuk dan Keluar yang Aman bagi Jurnalis
Pernyataan Bersama 28 Negara: “Agresi di Gaza Harus Diakhiri Sekarang!” »