Baru Saja “Berjanji” Berlakukan Jeda Serangan, Penjajah Zionis Bunuh 63 Ahlu Syam Gaza

29 July 2025, 10:34.

Warga Gaza yang kelaparan menunggu bantuan makanan yang didistribusikan oleh lembaga amal di Kota Gaza (Khames Alrefi/Anadolu Agency)

GAZA (Al Jazeera | PIC) – Penjajah zionis ‘Israel’ telah membantai sedikitnya 63 Ahlu Syam di seluruh Gaza, beberapa jam setelah militer mengumumkan akan mulai “menjeda” serangannya selama 10 jam setiap hari di beberapa wilayah untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk.

Ahad (27/7/2025), serdadu penjajah ‘Israel’ mengatakan akan “menghentikan sementara aktivitas militer” setiap hari dari pukul 10.00 hingga 20.00 di beberapa wilayah Gaza tengah dan utara, termasuk al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Kota Gaza.

Penjajah ‘Israel’ juga “berjanji” untuk membuka koridor bantuan khusus untuk konvoi makanan dan medis antara pukul 06.00 dan 23.00.

Namun, beberapa jam setelah hari pertama “jeda kemanusiaan” itu, serangan udara penjajah ‘Israel’ kembali berlanjut.

“Terjadi serangan udara di Kota Gaza, dan ini adalah salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah aman, di mana pasukan ‘Israel’ mengklaim akan menghentikan operasi militer mereka,” lapor Hind Khoudary dari Al Jazeera di Deir el-Balah.

Menurut warga setempat, sebuah toko roti menjadi sasaran serangan penjajah Zionis, lanjut Hind.

Pengeboman ini terjadi di tengah meningkatnya kecaman global atas memburuknya bencana kemanusiaan di Gaza yang sengaja diciptakan oleh negara palsu ‘Israel’.

Tekanan Internasional Meningkat

Di sisi lain, dengan tekanan internasional yang terus meningkat, penjajah ‘Israel’ terpaksa mengesahkan koridor baru untuk masuknya bantuan.

Uni Emirat Arab dan Yordania juga telah mengirimkan pasokan melalui udara ke wilayah tersebut. Namun, pengiriman bantuan tersebut penuh bahaya dan jumlahnya terlalu sedikit.

Hani Mahmoud dari Al Jazeera melaporkan bahwa satu bantuan yang dijatuhkan melukai hampir selusin orang.

“Sebelas orang dilaporkan mengalami luka-luka ketika salah satu paket ini jatuh tepat di atas tenda-tenda di lokasi pengungsian dekat Jalan al-Rasheed,” ungkapnya.

Ahlu Syam Gaza kesulitan mendapatkan makanan di dapur umum di Kota Gaza. (Abdel Kareem Hana/AP)

“Saya telah datang sejauh ini, mempertaruhkan nyawa saya demi anak-anak saya. Mereka belum makan selama seminggu,” kata Smoud Wahdan, seorang ibu yang mencari tepung, “paling tidak, saya bisa mendapat sepotong roti untuk anak-anak saya.”

Seorang ibu Gaza lainnya, Tahani, mengatakan bahwa anaknya yang menderita kanker termasuk di antara mereka yang sangat menderita akibat kondisi yang disengaja penjajah ini.

“Saya datang untuk mendapatkan tepung, untuk mencari makanan bagi anak-anak saya. Saya berharap para hamba Allah terbangun dan melihat semua orang ini. Mereka sedang sekarat.”

Kelompok Bantuan: Uang Seolah Tak Bernilai Lagi

Liz Allcock, kepala perlindungan untuk Medical Aid for Palestinians, mengatakan bahwa ia belum pernah melihat Gaza dalam keadaan seperti itu.

“Skala kelaparan dan jumlah orang yang Anda lihat berjalan-jalan dengan hanya tinggal kulit dan tulang (sangat mengejutkan). Uang benar-benar tidak ada nilainya di sini ketika tidak ada yang bisa dibeli,” ungkapnya.

“Seluruh masyarakat Gaza—siapa pun mereka—menderita kekurangan pangan yang kritis,” tambahnya, memperingatkan bahwa seperempat penduduk berisiko mengalami kekurangan gizi akut.

PBB mengatakan, pengiriman bantuan hanya dapat berhasil jika ‘Israel’ menyetujui akses masuk konvoi kemanusiaan yang cepat melalui pos-pos pemeriksaannya.

Kepala Bantuan PBB, Tom Fletcher, mencatat bahwa meskipun beberapa pembatasan tampaknya telah dilonggarkan, skala krisis ini membutuhkan tindakan yang jauh lebih besar.

Warga Gaza membawa pasokan bantuan yang masuk ke Gaza melalui Beit Lahiya di Gaza utara. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Hamas: Pelintasan Harus Dibuka secara Penuh dan Permanen

Hamas menyatakan bahwa aliran makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan yang terus-menerus ke Jalur Gaza merupakan hak asasi bagi penduduknya.

Jadi, sudah seharusnya pembukaan penuh dan permanen diberlakukan pada semua pos pelintasan.

Hamas mengkritik bantuan udara tidak dapat mengatasi akar masalah krisis.  

“Operasi ‘bantuan udara’ dimaksudkan untuk membersihkan citra penjajah di hadapan komunitas internasional dan menghindari tekanan global yang semakin besar. Ini bukan solusi. Ini adalah kebijakan mengelola kelaparan di bawah bombardir dan blokade, bukan mengakhirinya.” 

Lebih lanjut Hamas menegaskan bahwa menyelesaikan krisis kemanusiaan memerlukan penghentian operasi militer yang sedang berlangsung dan pencabutan blokade. 

Juga memastikan pengiriman bantuan secara teratur dan tanpa hambatan melalui rute darat sesuai dengan mekanisme yang disetujui PBB. (Al Jazeera | PIC)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« UNRWA: 6.000 Truk Bantuan Dihalangi, Penyebaran Bantuan Lewat Udara Mahal dan Berbahaya
Puluhan Negara Kecam ‘Israel’, namun Tetap Jalin Hubungan Perdagangan »