Para Ibu Tak Dapat Memproduksi ASI Akibat Kurang Gizi, Bayi Gaza Terpaksa Diberi Air dan Kacang Giling
3 August 2025, 21:38.

Seorang anak Palestina menderita kekurangan gizi di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza Selatan, 30 Juli 2025. (Abdallah Fs Alattar/Anadolu Agency)
GAZA (Al Jazeera) – Para ibu di Gaza berjuang mati-matian untuk menyusui bayi mereka yang baru lahir karena blokade ‘Israel’ yang tak manusiawi di wilayah tersebut telah menyebabkan ASI tak keluar; sedangkan susu formula tak tersedia.
Oleh karena itu, mereka hanya bisa mengisi botol dengan air dan makanan apa pun yang mereka temukan untuk buah hati mereka.
Dr. Kahlil Daqran mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Kamis (31/7/2025) bahwa persediaan susu formula yang sangat menipis menjadi tragedi lanjutan karena banyak ibu mengalami kekurangan gizi sehingga tidak dapat menyusui bayi-bayinya.
“Di Jalur Gaza, kami memiliki ribuan anak yang kelaparan karena tidak ada susu untuk anak di bawah usia dua tahun,” kata Daqran.
“Anak-anak ini, ibu mereka juga mengalami kekurangan gizi karena tidak ada makanan sehingga para ibu tidak dapat memproduksi ASI. Sekarang, anak-anak kami hanya diberi air atau kacang-kacangan keras yang digiling, dan ini berbahaya bagi anak-anak di Gaza.”
Azhar Imad, 31 tahun, mengatakan bahwa ia terpaksa mencampur tahini dengan air dengan harapan dapat memberi makan Joury yang masih berusia empat bulan. Namun, ia khawatir campuran itu akan membuat bayinya sakit.
“Saya menggunakan pasta ini sebagai pengganti susu, tetapi dia tidak mau meminumnya. Semua ini dapat menyebabkan dia sakit,” ungkap Imad, “terkadang, saya hanya memberinya air minum dalam botol; tidak ada lagi yang tersedia.”
Blokade biadab oleh penjajah ‘Israel’ di wilayah Gaza – yang telah berada di bawah agresi genosida brutal ‘Israel’ sejak Oktober 2023 – menyebabkan kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan pasokan kemanusiaan lainnya.
Rumah sakit setempat mengatakan pada hari Kamis bahwa dalam 24 jam terakhir dilaporkan sedikitnya dua kematian baru terjadi akibat pelaparan paksa yang ‘Israel’ terapkan.
Dengan demikian, jumlah total kematian terkait pelaparan sejak agresi ‘Israel’ dimulai menjadi 159, 90 di antaranya adalah anak-anak.
PBB telah memperingatkan bahwa anak-anak Palestina sangat rentan karena kelaparan melanda wilayah pesisir tersebut, dan para pejabat PBB telah berulang kali mendesak ‘Israel’ untuk membuka akses pasokan bantuan tanpa gangguan.
Penerjunan pasokan kemanusiaan melalui udara, yang dilakukan dalam beberapa hari terakhir, juga tidak banyak membantu mengatasi krisis kelaparan yang meluas. Para ahli mengecam upaya tersebut sebagai berbahaya, mahal, dan tidak efektif.
Farhan Haq, wakil juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, mengatakan pada hari Kamis bahwa PBB dan mitranya terus memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengumpulkan pasokan dari pelintasan yang dikuasai ‘Israel’ dan mengisi kembali peron-peron tersebut dengan pasokan baru.
“Rekan-rekan kami mengatakan, meskipun ada pengumuman ‘Israel’ bahwa rute konvoi sudah diamankan, truk-truk terus menghadapi penundaan panjang yang membahayakan pengemudi, petugas bantuan, dan kerumunan orang,” kata Haq.
“Penantian panjang ini terjadi karena hanya satu rute yang disediakan bagi tim kami, yang keluar dari (perbatasan) Kerem Shalom di dalam Gaza, sedangkan pasukan darat ‘Israel’ justru mendirikan pos pemeriksaan ad hoc di rute tersebut.”
Di tengah pelaparan yang terus melanda, semakin banyak Ahlu Syam Gaza yang syahid di tangan serdadu penjajah ‘Israel’ saat mencari bantuan di lokasi distribusi yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga kontroversial yang didukung ‘Israel’ dan Amerika Serikat untuk mendistribusikan bantuan.
Sebuah sumber di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sedikitnya 23 orang gugur setelah pasukan ‘Israel’ menembaki mereka pada Kamis (31/7/2025) pagi saat mereka menunggu bantuan di dekat persimpangan Netzarim di Gaza Tengah.
Insiden mematikan itu terjadi hanya beberapa jam sebelum Gedung Putih mengumumkan bahwa utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dan Duta Besar AS untuk ‘Israel’ Mike Huckabee diperkirakan akan memasuki Gaza pada hari Jumat (1/8/2025) untuk memeriksa lokasi distribusi GHF.
Hamas menyatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui saluran Telegramnya pada Kamis malam bahwa mereka siap untuk segera terlibat dalam negosiasi guna mengakhiri agresi di Gaza.
Yakni setelah bantuan mencapai mereka yang berhak menerimanya dan krisis kemanusiaan serta pelaparan di Gaza berakhir.
Sementara itu, di Gaza banyak keluarga Ahlu Syam terus menghadapi kesulitan mencari makanan.
Nehma Hamouda mengatakan ia berjuang keras untuk merawat cucunya yang baru berusia tiga bulan, Muntaha, agar tetap bertahan hidup di tengah kelangkaan susu formula bayi.
Ibu Muntaha ditembak oleh serdadu negara palsu ‘Israel’ saat sedang hamil. Ia melahirkan putrinya secara prematur, tetapi meninggal beberapa minggu kemudian.
“Saya membuatkan teh untuk cucu perempuan saya,” ujar Hamouda, menjelaskan bahwa cucunya belum bisa mencerna makanan padat.
“Dia tidak mau makan, dan tidak ada gula. Di mana saya bisa mendapatkan gulanya? Saya memberinya sedikit (adas manis), dan dia minum sedikit,” jelasnya.
“Kadang-kadang, ketika kami mendapatkan sup miju-miju dari dapur umum, saya menyaring airnya, dan saya mencoba memberinya makan. Apa yang bisa saya lakukan?” (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
