Tak Hanya Anak-Anak, Kian Banyak Lansia Gaza Terdampak Parah Kejahatan Pelaparan Penjajah

11 August 2025, 15:12.

Lansia Gaza yang terusir, Salim Asfour, 85 tahun, menderita kekurangan gizi parah, yang menyebabkannya kehilangan lebih dari 40 kg berat badannya. Ketika makanan tersedia pun, Salim memilih memberikan sebagian besar jatahnya kepada keluarganya, dan usianya yang sudah tua membuatnya lebih rentan terhadap dampak kekurangan gizi; 3 Agustus 2025, Khan Yunis, Gaza. (Haitham Imad/EPA)

(Al Jazeera) – Badan-badan kemanusiaan mengatakan bahwa masih terbatasnya bantuan yang diloloskan masuk ke Gaza oleh penjajah ‘Israel’ dalam seminggu terakhir kemungkinan besar tidak akan mencegah bencana kelaparan yang telah diperingatkan para ahli berbulan-bulan lalu.

Meskipun pada awalnya sebagian besar kematian akibat kelaparan terjadi pada anak-anak dan bayi, semakin banyak lansia yang turut menderita kelaparan yang dipaksakan ‘Israel’ di wilayah kantong tersebut sejak Maret.

Pada hari Ahad (3/8/2025), enam orang dewasa kembali kehilangan nyawa karena kekurangan gizi sehingga jumlah orang dewasa yang meninggal akibat pelaparan paksa ini menjadi 82 orang selama lima pekan terakhir, ketika kematian tersebut pertama kali tercatat.

Sembilan puluh tiga anak juga telah meninggal dibunuh oleh ‘Israel’ akibat kekurangan gizi buatan manusia yang sengaja diberlakukan di wilayah kantong tersebut sejak agresi genosida dimulai.

Bagaimana proses meninggal akibat kelaparan?

“Mengerikan sekali,” kata dr. James Smith, seorang dokter gawat darurat yang telah dua kali menjadi relawan kemanusiaan di Gaza.

Pada tahap awal, setelah kekurangan makanan selama berhari-hari, tubuh mulai memecah otot dan jaringan lainnya.

“Ini adalah salah satu cara membunuh yang paling tidak bermartabat dan biadab. Pelaparan yang berlarut-larut dimaksudkan memaksimalkan penderitaan,” lanjutnya.

Tak lama kemudian, metabolisme melambat, kemampuan untuk mengatur suhu tubuh hilang, fungsi ginjal terganggu, dan yang lebih parah di Gaza, sistem kekebalan tubuh mulai melemah dan kemampuan tubuh untuk pulih dari cedera berkurang.

Setelah cadangan di tubuh habis, tubuh kehilangan kemampuan untuk menyalurkan nutrisi ke organ dan jaringan vital. Akibatnya, organ-organ penting seperti jantung dan paru-paru menjadi kurang efektif. Otot menyusut dan orang-orang akan merasa lemah.

Akhirnya, ketika simpanan protein tubuh dan jaringan tubuh rusak, kematian sudah di depan mata.

Berapa lama waktu untuk manusia meninggal karena kelaparan?

Meskipun penelitian ilmiah tentang hal ini terbatas karena alasan etika, diperkirakan bahwa orang dewasa yang umumnya bergizi baik dan sehat dapat bertahan hidup tanpa makanan selama antara 45 hingga 61 hari.

Namun, setelah 22 bulan agresi dan blokade tak manusiawi berlangsung, hanya sedikit orang di Gaza yang dapat dinyatakan bergizi baik atau sehat sehingga mereka rentan terhadap kekurangan gizi dan berbagai penyakit menular yang umum di daerah kantong tersebut.

“Dengan kelaparan, tubuh kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan respons imun terhadap penyakit atau cedera yang biasanya dapat diatasi, seperti gastroenteritis, trauma, maupun infeksi pernapasan sehingga seringkali kekurangan gizi berimbas pada infeksi yang mematikan,” lanjut dr. Smith.

Siapa saja orang yang paling berisiko meninggal kelaparan?

Yang tua, muda, mereka yang sudah sakit, dan yang lebih parah; mereka yang hidup sendirian.

“Seorang anak akan meninggal lebih cepat karena kelaparan. Kehilangan otot dan lemak terjadi hampir seketika. Demikian pula, mereka yang berada di kelompok usia yang lebih tua juga akan meninggal lebih cepat,” jelas dr. Ghassan Abu-Sittah, seorang ahli bedah Palestina-Inggris yang menghabiskan 43 hari mengabdikan diri di Gaza.

“Namun, bukan hanya usia. Ada juga faktor perbedaan sosial,” lanjutnya.

“Saat ini ada ribuan anak yatim piatu yang tersebar di Gaza. Tidak ada yang memberi mereka makan atau mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan makanan, jadi mereka juga lebih mungkin meninggal,” katanya.

Pada Februari 2024, lima bulan setelah agresi ‘Israel’ di Gaza, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa satu dari enam anak di bawah usia dua tahun, terutama di wilayah utara Gaza—yang saat itu dikepung ketat oleh ‘Israel’—mengalami kekurangan gizi akut.

Hingga Agustus 2025, 82 orang dewasa telah meninggal kelaparan selama lima pekan terakhir.

‘Israel’ telah membatasi pasokan makanan di Gaza selama bertahun-tahun. Bagaimana hal itu memengaruhi penduduk di sana?

Dokumen-dokumen yang terungkap antara sebuah LSM ‘Israel’ dan rezim negara palsu itu mengonfirmasikan bahwa antara tahun 2007 hingga 2010 ‘Israel’ telah dengan sengaja mengurangi makanan yang diizinkan masuk ke Gaza hingga ke tingkat subsisten minimal.

“Secara turun-temurun, kerusakan (akibat kekurangan gizi) bersifat permanen,” ungkap dr. Abu-Sittah, merujuk pada dampak jangka panjang kelaparan terhadap fungsi otak, dan prevalensi penyakit lain, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, maupun penyakit jantung di antara para penyintas.

Dr. Smith menunjukkan peningkatan frekuensi para ibu yang kekurangan gizi melahirkan bayi dengan berat badan kurang, yang dampaknya akan berlanjut dari generasi ke generasi.

Seorang anak menunggu menerima makanan dari dapur amal di Kota Gaza, 2 Agustus 2025. (Mahmoud Issa/Reuters)

Apakah kelaparan di Gaza masih dapat dihindari?

Kemungkinannya kecil.

Kurang dari seminggu yang lalu, Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung PBB mengeluarkan peringatan paling serius: skenario kelaparan terburuk sedang terjadi di Gaza.

Namun, pengamat lain berpendapat bahwa bencana kelaparan telah benar-benar terjadi di Gaza.

“Ada tiga kriteria ketat agar bencana kelaparan dapat dinyatakan secara resmi,” jelas dr. Smith.

Dua kriteria pertama: kekurangan pangan ekstrem yang meluas dan tingkat kekurangan gizi akut yang tinggi, telah terpenuhi, ujarnya. Sementara itu, data untuk mengonfirmasikan kriteria ketiga—tingkat kematian akibat kekurangan gizi—sulit dikonfirmasikan, tambahnya.

“Beberapa dari mereka yang paling berisiko meninggal akibat kekurangan gizi mungkin sudah tidak memiliki kemampuan untuk mencapai rumah sakit tempat kematian biasanya dicatat,” jelasnya.   

Demikian pula, meskipun banyak anak di Gaza kini menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi, mereka juga berisiko tinggi dibunuh oleh peluru dan tembakan ‘Israel’, yang akan dicatat sebagai penyebab utama kematian mereka. 

“Namun, apa pun istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan situasi ini, orang-orang masih tewas akibat kelaparan di seluruh Gaza, di tengah sorotan dunia,” tegasnya. 

“Ini lebih buruk daripada kelaparan. Ini adalah penderitaan paling mengerikan yang dipertontonkan.” (Al Jazeera)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Dikepung Teror dan Kekurangan Pangan Ekstrem, Warga Rohingya di Arakan Kian Terimpit 
Dunia Mengecam Pembunuhan Empat Jurnalis Al Jazeera oleh Penjajah ‘Israel’ »