Dunia Mengecam Pembunuhan Empat Jurnalis Al Jazeera oleh Penjajah ‘Israel’
12 August 2025, 20:41.
GAZA (Al Jazeera) – Berbagai pihak melontarkan kecamannya atas pembunuhan empat jurnalis Al Jazeera oleh penjajah ‘Israel’ dalam serangan yang menargetkan tenda mereka di dekat Rumah Sakit al-Shifa, Ahad (10/8/2025).
Selain Anas al-Sharif, rekannya sesama koresponden Al Jazeera, Mohammed Qreiqeh, dua juru kamera Ibrahim Zaher dan Mohammed Noufal, serta juru kamera lepas Momen Aliwa dan jurnalis lepas Muhammad al-Khalidi juga gugur dalam serangan biadab tersebut.
Jurnalis Palestina, Taghreed el-Khodary, mengatakan bahwa pembunuhan di luar hukum yang dilakukan penjajah ‘Israel’ terhadap Anas al-Sharif dan rekan-rekannya merupakan upaya untuk mengintimidasi wartawan lain di Gaza agar tidak melakukan tugas mulia mereka.
“Saya berbicara dengan para jurnalis di lapangan di Gaza. Banyak dari mereka menerima telepon dari serdadu ‘Israel’ yang meminta mereka untuk berhenti meliput,” ungkap el-Khodary.
“Dengan membunuh para jurnalis, mereka menakut-nakuti orang lain untuk meliput,” lanjutnya.
“Saya kenal seorang jurnalis yang berkata, ‘Saya hanya ingin menulis. Saya tidak ingin berada di depan kamera. Karena saat saya berada di depan kamera, ‘Israel’ akan membunuh saya.’”
Ia menegaskan, “Ini adalah tindakan kriminal oleh ‘Israel’.”
Ken Roth, mantan Direktur Eksekutif Human Rights Watch (HRW), menyatakan bahwa pembunuhan jurnalis oleh ‘Israel’ ini merupakan upaya yang disengaja untuk menutup liputan atas kejahatan genosidanya.
“Ini bukan pembunuhan yang tidak disengaja. Ini bukan seorang jurnalis yang kebetulan terjebak dalam pengeboman ‘Israel’… Ini adalah pembunuhan yang ditargetkan,” tegas Roth.
Roth menambahkan bahwa tuduhan sepihak tidak berdasar penjajah ‘Israel’ bahwa Anas al-Sharif memimpin sebuah unit Hamas adalah hal yang tidak ada gunanya.
“Dan ketika Anda menggabungkannya dengan pola teror terhadapnya, upaya untuk membungkamnya, jelaslah apa yang sedang terjadi,” jelasnya.
“Alasan mengapa jurnalisme begitu penting adalah karena ia merupakan salah satu cara untuk meminta pertanggungjawaban penjajah ‘Israel’ atas kekejaman massal yang dilakukan di Gaza. Jika tidak ada yang tahu, akan lebih mudah bagi ‘Israel’ untuk lolos begitu saja. Jadi, itulah alasan tercela di balik upaya untuk membungkam dan membunuh jurnalis.”
Sementara itu, mantan pemimpin Partai Buruh Inggris menggambarkan pembunuhan empat jurnalis Al Jazeera ini sebagai hal yang sangat memuakkan dan upaya putus asa untuk membungkam kebenaran tentang kejahatan ‘Israel’ terhadap kemanusiaan yang terus berlanjut.
“Kehinaan bagi siapa saja yang memberi wewenang kepada ‘Israel’ untuk melakukan pembunuhan tanpa takut diberi hukuman,” ujar anggota parlemen Inggris tersebut.
Anggota kongres AS, Pramila Jayapal turut mengatakan, “AS harus berhenti menyediakan senjata untuk genosida ini.”
“Militer ‘Israel’ telah membantai lebih dari 200 jurnalis dan awak media,” ujar Jayapal dalam sebuah unggahan di media sosialnya.
Jayapal, dari Partai Demokrat, telah bergabung dengan rekannya sesama anggota kongres, Rashida Tlaib, untuk mendorong pembatasan penjualan senjata AS ke ‘Israel’, termasuk melalui RUU yang diajukan keduanya pada bulan April.
Sementara itu, Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyerukan kepada para jurnalis dan awak media AS maupun internasional untuk menyatakan solidaritas terhadap rekan-rekan Palestina mereka.
“Operasi pembunuhan terarah yang sedang berlangsung oleh ‘Israel’ terhadap jurnalis Palestina adalah kejahatan perang. Sesederhana itu,” kata Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad.
Pembunuhan para jurnalis Al Jazeera ini bukanlah kecelakaan… ini adalah bagian dari kejahatan yang konsisten dan terdokumentasi untuk membungkam suara media dan menyembunyikan kebenaran atas genosida yang dilakukan oleh ‘Israel’ di Gaza,” tegas Awad.
Sejak Oktober 2023, penjajah ‘Israel’ telah membunuh lebih dari 200 jurnalis di Gaza dalam konflik paling mematikan yang pernah tercatat bagi para jurnalis. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
