Agresi Genosida Berkepanjangan, Mahasiswi Berprestasi Gaza: “Sekarang Kami Hanya Ingin Bisa Makan…”
13 August 2025, 23:04.

Maha Ali menatap Universitas Islam di Kota Gaza yang tak dapat berfungsi lagi. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)
GAZA (Al Jazeera) – Maha Ali bertekad untuk suatu hari nanti dapat menjadi jurnalis dan meliput peristiwa-peristiwa di Gaza.
Kini, ia dan mahasiswa lainnya hanya memiliki satu ambisi: mencari makanan di tengah pelaparan paksa yang melanda wilayah kantong Palestina tersebut.
Di tengah berkecamuknya agresi genosida, ia tinggal di antara reruntuhan Universitas Islam, sebuah institusi pendidikan yang dulunya ramai, yang – seperti kebanyakan institusi pendidikan lainnya di Gaza – kini telah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi.
“Dulu kami mengatakan bahwa kami ingin dapat hidup, menempuh pendidikan, bepergian dengan bebas. Namun, sekarang kami mengatakan bahwa kami hanya ingin bisa makan,” ucap mahasiswi berprestasi berusia 26 tahun itu.
Ali adalah bagian dari generasi Ahlu Syam Gaza yang pendidikan mereka telah dirampas oleh agresi genosida ‘Israel’ selama hampir dua tahun yang telah menghancurkan banyak institusi di wilayah tersebut. Lebih dari 61.000 orang telah tewas akibat perang ‘Israel’ di Gaza, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Sebagian besar wilayah kantong tersebut – yang telah menderita kemiskinan dan tingkat ketiadaan pekerjaan tinggi akibat blokade selama belasan tahun sejak 2007 – telah dihancurkan.
Menteri Pendidikan Palestina, Amjad Barham, menyatakan negara palsu ‘Israel’ sengaja melakukan penghancuran sistematis terhadap sekolah dan universitas, mengatakan 293 dari 307 sekolah telah hancur; baik seluruhnya maupun sebagian.
“Dengan ini, penjajah ingin membunuh harapan putra dan putri kami,” ujarnya.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) menyatakan, menurut penilaian kerusakan berbasis satelit terbaru pada bulan Juli 2025, 97 persen fasilitas pendidikan di Gaza telah mengalami berbagai tingkat kerusakan, dengan 91 persennya membutuhkan rehabilitasi besar atau rekonstruksi lengkap agar dapat berfungsi kembali.
Statistik suram itu menggambarkan masa depan kelam bagi Yasmine al-Za’aneen, 19 tahun, yang duduk di tenda pengungsian dan memilah-milah buku-buku yang selamat dari serangan dan penghancuran ‘Israel’.
Ia mengenang betapa ia tenggelam dalam studinya, mencetak makalah, mencari kantor, dan memasang lampu di sana.
“Karena agresi ini, semuanya terhenti. Maksud saya, semua yang telah saya bangun, semua yang telah saya lakukan. Hanya dalam hitungan detik, semuanya lenyap,” tukasnya.
Akhir pekan lalu, penjajah ‘Israel’ merencanakan serangan baru ke Gaza, yang menurut dedengkotnya, Benjamin Netanyahu, pada hari Ahad (10/8/2025) akan dilakukan “cukup cepat”. Masih dengan impunitas yang diberikan negara-negara pendukungnya sehingga terhindar dari intervensi internasional.
Saja Adwan, 19 tahun, seorang mahasiswi berprestasi di Institut Al-Azhar yang tinggal di sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan bersama keluarganya yang beranggotakan sembilan orang itu, mengenang bagaimana gedung tempat ia dulu belajar dibom.
Buku-buku dan bahan belajarnya telah lenyap. Agar pikirannya tetap produktif, ia menulis kembali catatan-catatan studinya yang sedikit masih tersisa.
“Semua kenangan saya ada di sana – ambisi saya, tujuan saya. Saya meraih impian di sana. Itu adalah kehidupan bagi saya. Ketika saya dulu kuliah di institut itu, saya merasa nyaman secara emosional,” ungkapnya.
“Pendidikan saya ada di sana; hidup saya, masa depan saya, tempat saya akan lulus,” jelasnya. (Al Jazeera)

Warga Gaza mengungsi di tenda-tenda di sebuah kawasan sekolah di Kota Gaza yang didukung oleh UNRWA. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Pelajar berusia 19 tahun, Yasmine Al-Za’aneen, menata ulang catatan dan buku-bukunya di sebuah sekolah darurat di Kota Gaza. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Saja Adwan, mahasiswi Institut Al-Azhar berusia 19 tahun, mencoba tetap belajar di sebuah bangunan rusak bekas sekolah yang sekarang dijadikan tempat berlindung para muhajirin di Kota Gaza. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Maha Ali (26 tahun), mahasiswi berprestasi Gaza: “Dulu kami mengatakan bahwa kami ingin dapat hidup, menempuh pendidikan, bepergian dengan bebas. Namun, sekarang kami mengatakan bahwa kami hanya ingin bisa makan.” (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Para muhajirin Gaza berlindung di sisa bangunan Universitas Islam Gaza. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Agresi ‘Israel’ di Gaza telah membantai sedikitnya 61.499 nyawa Ahlu Syam Gaza dan melukai 153.575 lainnya, menurut keterangan resmi pada 12 Agustus 2025. (Dawoud Abu Alkas/Reuters)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
