Yayasan Hind Rajab Gugat Para Pembunuh Anas Al-Sharif ke ICC
13 August 2025, 23:08.

Foto: PIC
GAZA (PIC | Al Jazeera) – Yayasan Hind Rajab menggugat para pembunuh koresponden Al Jazeera di Gaza, Anas Al-Sharif dan rekan-rekannya ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).
Hind Rajab meminta pertanggungjawaban enam komandan militer senior negara palsu ‘Israel’ atas pembunuhan tersebut, terutama Kepala Staf Angkatan Darat, Eyal Zamir.
Panglima Angkatan Udara Mayor Jenderal Tomer Bar dan Kepala Komando Selatan Mayor Jenderal Yaniv Asor juga termasuk di dalamnya.
Gembong zionis Benjamin Netanyahu, disebut Hind Rajab berada di puncak rantai politik yang menargetkan jurnalis sebagai bagian dari serangan di Gaza.
Koresponden Al Jazeera Anas Al-Sharif dan Muhammad Qreiqa masuk dalam daftar 236 jurnalis yang tewas di tangan ‘Israel’ selama agresi genosida brutal di Jalur Gaza.
Mereka gugur pada Ahad (10/8/2025) malam akibat serangan yang menghantam tenda kru Al Jazeera di dekat Kompleks Medis Al-Shifa.
Hind Rajab didirikan pada Februari 2024 yang berpusat di Brussels. Yayasan ini mendedikasikan diri untuk menuntut pejabat politik dan militer ‘Israel’ atas kejahatan perang terhadap warga Palestina.
Nama Hind Rajab terinspirasi dari seorang anak perempuan Palestina berusia lima tahun yang tewas bersama enam kerabatnya; ketika mobil yang mereka tumpangi dibom serdadu ‘Israel’ di barat daya Kota Gaza pada 29 Januari 2024.
Langkah yang Logis
Ben Saul, pelapor khusus PBB untuk perlindungan HAM, mengatakan bahwa keputusan kelompok-kelompok HAM untuk mengajukan pengaduan ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) atas pembunuhan terhadap jurnalis Al Jazeera di Gaza merupakan langkah logis menuju akuntabilitas ‘Israel’.
“Selama perang ini, pembunuhan jurnalis yang disengaja atau menyebabkan korban yang tidak proporsional ketika melancarkan serangan militer merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional, yang harus diselidiki dengan semestinya,” tegas Saul.
Ia mengatakan, ICC telah menyelidiki kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang ekstensif oleh ‘Israel’. Sangat masuk akal untuk membawa bukti baru ini ke dalam penyelidikan mahkamah tersebut.
“Penting bagi aktor-aktor seperti LSM dan PBB untuk mendokumentasikan dan menyelidiki pelanggaran-pelanggaran ini. Dengan demikian, jika saatnya tiba ketika penuntutan dimungkinkan, bukti-bukti tersebut dapat disimpan dan digunakan untuk menjatuhkan hukuman yang semestinya,” tambah Saul.
Ia mengatakan, keadilan mungkin datang bisa di ICC. Atau bisa dari pengadilan Palestina secara umum. Yang pasti, Netanyahu tentu tidak akan berkuasa seterusnya. (PIC | Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
