Rakyat Suriah Hadapi Cuaca Paling Ekstrem dalam 60 Tahun Terakhir
17 August 2025, 16:53.

Petugas tanggap darurat berupaya memadamkan kebakaran hutan di Provinsi Lattakia. (OCHA/Ali Haj Suleiman)
SURIAH (UNOCHA) – Ketika kebakaran hutan yang berkobar mendekati Desa Qastal Maaf di Suriah pada awal Juli, mukhtarnya (kepala desa), Ammar, mengumpulkan semua perempuan dan anak-anak di sebuah sekolah setempat. Tindakannya ini bertujuan menyelamatkan nyawa mereka.
Ammar mengenang, “Anak-anak terdampak kebakaran, termasuk putra saya yang berusia enam bulan, yang mengalami reaksi alergi.”
Kebakaran hutan dipicu oleh kombinasi panas ekstrem, kekeringan berkepanjangan, dan angin kencang, menurut Bulan Sabit Merah Arab Suriah.
Provinsi Lattakia adalah yang paling terdampak, tetapi kebakaran hutan menyebar ke beberapa wilayah di Provinsi Hama dan Idlib.
Namun, Suriah menghadapi krisis yang lebih dalam dan lebih luas daripada kebakaran hutan.
Negara itu menghadapi cuaca ekstrem terburuk dalam 60 tahun, menurut Peringatan Kekeringan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) pada bulan Juni.
Hampir 10 juta orang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air mereka, dan sedikitnya 16,2 juta orang kemungkinan akan terdampak oleh kondisi seperti kekeringan terhadap produksi gandum.

Ammar dan putranya di luar rumah mereka yang hancur di Desa Qastal Maaf, Suriah. (OCHA/Bilal Al-Hammoud)
Situasi ini merupakan musibah berat bagi warga Suriah, yang masih terguncang akibat dampak perang selama lebih dari 14 tahun. Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim menyebabkan kondisi mendekati kekeringan ini.
Pada bulan Juli, Konvensi PBB memasukkan wilayah Mediterania sebagai titik panas kekeringan, jelas Zinta Zommers, pemimpin ilmiah OCHA untuk perubahan iklim.
Konvensi tersebut juga mencatat bahwa ketersediaan air diperkirakan akan berkurang antara 2 hingga 15 persen untuk setiap kenaikan suhu 2°C di Mediterania. Mereka mencantumkan sebagian wilayah Suriah di antara negara-negara yang kemungkinan akan menjadi lebih kering dan mengalami perluasan gurun.
Suriah hanyalah salah satu dari banyak negara di kawasan tersebut yang mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor tahun lalu.
Perubahan iklim akibat ulah manusia membuat gelombang panas dua kali lebih mungkin terjadi di kawasan tersebut, menurut sebuah studi tahun 2024 yang dipimpin oleh World Weather Attribution, sebuah inisiatif yang dibentuk oleh para peneliti iklim global terkemuka.
Studi tersebut juga mencatat bahwa krisis iklim akan membuat gelombang panas tersebut lebih lama, lebih sering, dan lebih ekstrem.

Sajee dengan salah satu dari banyak pohon buah di lahannya di Desa Mazra’a, Lattakia utara, yang ikut terbakar dalam kebakaran hutan besar Suriah. (OCHA/Bilal Al-Hammoud)
Kehidupan dan Mata Pencaharian
Menurut FAO, kondisi kekeringan ekstrem ini telah memengaruhi 25.000 km² lahan pertanian di 10 provinsi terdampak paling parah yang juga merupakan wilayah pertanian utama. Hanya 40 persen lahan pertanian yang bisa ditanami; sebagian besar gagal panen.
Sistem peternakan juga runtuh. Para penggembala kini terpaksa mengurangi jatah makanan, menjual ternak mereka, atau menghentikan pengangkutan ternak musiman mereka. Akibatnya, harga susu dan daging meningkat, yang akan berdampak pada kerawanan pangan.
Sajee tinggal di Desa Mazra’a, Lattakia utara. Seluruh desa dan lahan seluas 7.000 m² miliknya yang ditanami pohon zaitun, lemon, delima, dan almond terbakar habis.
Ia menjelaskan, “Kami semua petani di sini, dan kehidupan kami bergantung pada musim panen dan tanaman sayuran … Kebutuhan kami adalah agar dapat memulihkan lahan kami dan bisa mengolah, serta menghijaukannya kembali.”

Jameel di dalam rumahnya yang hancur. Ia menerima sejumlah bantuan tunai, tetapi itu tidak cukup. (OCHA/Bilal Al-Hammoud)
Rumah dan kebun buah Jameel, yang tinggal di Kota Qastal Maaf, hancur. Ia berkata, “Saya menerima sedikit bantuan tunai dari lembaga kemanusiaan. Namun, ini tidak cukup; kami membutuhkan selang dan air untuk dapat mengolah lahan kami kembali.”
“Desa ini kehabisan air, dan pengiriman air dengan truk tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan besar penduduk. Kami menghadapi kesulitan yang besar dalam situasi seperti ini.” (UNOCHA)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
