Penjajah Gencarkan Serangan ke Kota Gaza, Memaksa Warga Palestina yang Kelaparan Kembali Mengungsi
19 August 2025, 12:31.

Keluarga Ahlu Syam Gaza yang gugur akibat serangan pesawat tak berawak ‘Israel’ di halaman Rumah Sakit Al-Ahli Arab berduka saat jenazah hendak dimakamkan di Kota Gaza pada 17 Agustus 2025. (Saeed MMT Jaras/Anadolu Agency)
GAZA (Al Jazeera | PIC) – Militer negara palsu ‘Israel’ meningkatkan serangan terhadap Kota Gaza; sebagai bagian dari perluasan operasinya yang bertujuan untuk merebut pusat populasi besar terakhir di daerah tersebut.
Kondisi itu memaksa puluhan ribu Ahlu Syam Gaza yang kelaparan kembali mengungsi.
Permukiman di Kota Gaza, Al-Zaitun, Sabra, Remal, dan Tuffah, telah menjadi sasaran utama pengeboman penjajah ‘Israel’ dalam beberapa hari terakhir.
Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) mengatakan, rencana ‘Israel’ untuk mengusir paksa warga Gaza ke wilayah selatan akan menambah deretan kesulitan mereka.
Ribuan keluarga telah mengungsi dari Al-Zaitun—tempat serangan udara tak pernah berhenti selama berhari-hari—yang telah menghancurkan permukiman tersebut.
Sedikitnya tujuh orang gugur pada hari Ahad (17/8/2025) ketika serangan udara ‘Israel’ menghantam Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Kota Gaza.
Pada hari itu, militer ‘Israel’ mengatakan bahwa tenda dan peralatan untuk mendirikan tempat penampungan “akan disediakan” bagi Ahlu Syam Gaza yang telah mengungsi berkali-kali dalam 22 bulan agresi ini, yang disebut sebagai tindakan genosida oleh berbagai organisasi hak asasi manusia.
Hind Khoudary dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah, mengatakan bahwa tembakan artileri dan serangan udara telah memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka.
Ia mengatakan kawasan Al-Zaitun adalah daerah yang sangat padat penduduknya, rumah bagi banyak keluarga, termasuk mereka yang telah berlindung di sana. Warga terkejut ketika penembakan artileri dan serangan udara intensif dimulai.
“Beberapa orang tetap bertahan. Sebagian yang lain mulai pindah mengungsi. Ketika kekerasan meningkat, banyak yang terpaksa mengungsi—kelaparan, kehancuran, dan kembali mengungsi, meninggalkan semua yang mereka miliki,” ungkap Khoudary.
Gelombang Baru Genosida
Pekan lalu, penjajah ‘Israel’ mengumumkan rencana untuk masuk lebih dalam ke Kota Gaza dan memindahkan penduduknya ke selatan, sebuah langkah yang telah menuai kecaman internasional.
Dedengkot ‘Israel’, Benjamin Netanyahu, yang dicari oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) atas kejahatan perang, mengatakan bahwa warga sipil Gaza akan dipindahkan ke “zona aman”, meskipun wilayah-wilayah “aman” ini juga telah berulang kali dibom.
Hampir 90 persen dari 2,4 juta Ahlu Syam Gaza masih mengungsi, dan sebagian besar dari mereka kini menghadapi kelaparan.
Sedikitnya tujuh orang di antaranya meninggal karena kelaparan dalam 24 jam, ungkap Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Ahad.
Jumlah korban nyawa akibat kelaparan kian meningkat imbas agresi genosida penjajah menjadi 258, termasuk 110 anak-anak, sebagai akibat dari pengepungan biadab ‘Israel’ yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut.
Pada hari yang sama, penjajah ‘Israel’ kembali membantai hampir 57 warga Palestina, 38 di antaranya adalah pencari bantuan.
Hamas mengecam rencana ‘Israel’ untuk mendirikan tenda-tenda di selatan sebagai dalih untuk pengungsian massal.
Kelompok perjuangan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan itu merupakan rangkaian baru genosida, serta menggambarkannya sebagai penipuan terang-terangan yang dimaksudkan untuk menutupi kejahatan brutal yang akan dilakukan oleh pasukan penjajah.
“Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan orang-orang di Gaza saat ini. Ketakutan, ketidakberdayaan, dan kepedihan memenuhi semua orang saat mereka harus mengalami gelombang baru pengungsian dan operasi darat ‘Israel’,” tulis Maram Humaid, koresponden daring Al Jazeera dari Gaza, di X.
“Grup WhatsApp keluarga dan teman-teman dipenuhi dengan jeritan dan kesedihan yang sunyi. Allah Maha Mengetahui, orang-orang sudah cukup menderita. Pikiran kami hampir lumpuh karena memikirkannya.”

Pemandangan dari pesawat militer Yordania menunjukkan Jalur Gaza saat krunya bersiap untuk melakukan penerjunan bantuan kemanusiaan melalui udara pada 17 Agustus 2025. (Alaa Al Sukhni/Reuters)
Warga Gaza yang mengungsi berjibaku mencari sisa makanan karena mereka menghadapi pengeboman lebih lanjut dari pasukan ‘Israel’.
PBB mengatakan, satu dari lima anak di Gaza kekurangan gizi, puluhan ribu anak bergantung pada dapur amal, yang porsi kecil makanannya bisa menjadi satu-satunya makanan mereka dalam sehari.
“Saya datang pukul 6 pagi ke dapur amal agar bisa mendapatkan makanan untuk anak-anak saya. Jika saya tidak mendapatkannya sekarang, saya harus kembali sore hari untuk kesempatan berikutnya,” ungkap Zeinab Nabahan, dari kamp pengungsian Jabalia.
“Anak-anak saya kelaparan dan hanya makan sedikit kacang adas atau nasi. Mereka belum makan roti atau sarapan. Mereka menunggu saya dengan apa pun yang bisa saya dapatkan dari dapur amal.”
Warga lain, Tayseer Naim, mengatakan jika bukan karena pertolongan Allah, melalui aktivitas dapur amal, ia tidak akan selamat.
“Kami datang ke sini pukul 8 pagi dan berjuang keras untuk mendapatkan kacang adas atau nasi. Kami sangat menderita, dan kami pergi pada siang hari dengan berjalan sekitar satu kilometer.”
Relawan Kemanusiaan Kembali Dibunuh
13 Agustus lalu, delapan orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka setelah serdadu penjajah ‘Israel’ menyerang petugas keamanan bantuan kemanusiaan di barat laut Kota Gaza.
Delapan dari mereka yang tewas dan lima yang luka-luka dipindahkan ke RS Al-Shifa menyusul serangan udara yang menargetkan para relawan yang mengamankan konvoi bantuan.
Organisasi-organisasi HAM menilai serangan berulang terhadap relawan sipil yang berperan penting dalam penyaluran bantuan adalah strategi yang disengaja untuk menimbulkan kelaparan massal.
Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Palestina mengecam keras serangan tersebut. Mereka menuding ‘Israel’ sengaja merekayasa kelaparan dengan menargetkan para pelindung distribusi bantuan.
Dalam pernyataan tambahan disebutkan bahwa penjajah ‘Israel’ tidak hanya menyerang tim perlindungan bantuan; tetapi juga memfasilitasi penjarahan, mencegat truk bantuan, menjarah isinya, dan menjual persediaan di pasar gelap dengan harga sangat tinggi.
Kementerian mengamati bahwa pembunuhan relawan yang sistematis dan terarah ini merupakan taktik untuk mengacaukan mekanisme bantuan di Gaza.
Kementerian menyerukan kepada komunitas internasional dan semua organisasi terkait untuk menekan agar ‘Israel’ mengizinkan bantuan sampai kepada pihak yang berhak.
Kementerian secara khusus mendesak akses yang lebih luas bagi badan-badan PBB, khususnya UNRWA karena kompetensinya dalam operasi kemanusiaan. (Al Jazeera | PIC)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
