Penjajah Zionis Tutup Pelintasan Tepi Barat dan Yordania, Palestina Desak Pembukaan Kembali
26 September 2025, 07:44.

Pemandangan Jembatan Perbatasan King Hussein (Allenby) yang ditutup oleh ‘Israel’ di Ariha, Tepi Barat, 24 September 2025. [Issam Rimawi – Anadolu Agency]
PALESTINA (Al Jazeera | Middle East Monitor) – Penjajah zionis’Israel’ memerintahkan penutupan tanpa batas terhadap Pelintasan Raja Hussein, yang juga dikenal sebagai Pelintasan Allenby.
Penutupan tersebut menghentikan lalu lintas barang dan orang melalui satu-satunya gerbang antara Tepi Barat terjajah dengan Yordania.
Penjajah ‘Israel’ menutup akses pelintasan tersebut mulai Rabu (24/9/2025) hingga pemberitahuan lebih lanjut, menurut pemerintah Palestina, Selasa (23/9/2025).
Direktorat Keamanan Publik Yordania juga mengumumkan penutupan tersebut, dengan mengatakan bahwa pelintasan untuk lalu lintas penumpang dan kargo ditutup oleh pihak lain hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Pelintasan ini, yang praktis menjadi satu-satunya pintu keluar dan masuk bagi warga Baitul Maqdis yang ingin bepergian ke luar Tepi Barat, sebenarnya baru saja dibuka pada hari Ahad (21/9/2025) setelah sempat ditutup sementara menyusul sebuah serangan mematikan.
Seorang warga negara Yordania yang mengendarai truk bantuan kemanusiaan melumpuhkan dua serdadu penjajah ‘Israel’ di pelintasan yang dikendalikan negara palsu itu pada pekan lalu. Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Reaksi terhadap Pengakuan Negara Palestina
Hamdah Sahut dari Al Jazeera mengatakan, “Ada banyak pertanyaan mengapa Netanyahu memutuskan untuk menutup pelintasan sepenuhnya.”
“Beberapa kalangan media ‘Israel’ menilai ini sebagai salah satu langkah balasan pertama yang diambil ‘Israel’ akibat banyak negara di komunitas internasional yang mengakui negara Palestina,” jelas Sahut.
Pelintasan di Lembah Yordan, yang dikenal sebagai Karama di pihak Palestina, adalah satu-satunya pintu gerbang internasional bagi warga Baitul Maqdis dari Tepi Barat yang tidak mengharuskan mereka masuk ke wilayah Palestina yang dijajah ‘Israel’ sejak 1967.
Serangan mematikan pekan lalu membuat negara palsu ‘Israel’ memulai hukuman kolektif terhadap warga Baitul Maqdis, memerintahkan rumah-rumah tersangka di Tepi Barat untuk dihancurkan dan izin kerja mereka dicabut.
Seminggu sebelum serangan di pelintasan tersebut, serdadu penjajah ‘Israel’ menahan lebih dari 100 warga Baitul Maqdis dalam penyerangan di Kota Tulkarem, Tepi Barat, dan memberlakukan jam malam.
Warga Baitul Maqdis harus melewati ratusan pos pemeriksaan dan sering digeledah oleh serdadu penjajah zionis saat bepergian, meski masih berada di tanah airnya.
Di saat perhatian dunia tertuju pada agresi genosida ‘Israel’ di Gaza dalam dua tahun terakhir, rezim negara palsu itu melancarkan penindasan masif di Tepi Barat.
Penjajah membantai lebih dari 1.000 warga Baitul Maqdis, menangkap ribuan lainnya, serta menghancurkan ratusan rumah dan infrastruktur sipil.
Bahkan sebelum Operasi Taufan Al-Aqsha Hamas tanggal 7 Oktober 2023, kekerasan oleh militer maupun pemukim ilegal ‘Israel’ sudah berada pada tingkat tertinggi dalam beberapa tahun sebelumnya.
Palestina Desak Pembukaan Kembali Pelintasan
Kementerian Luar Negeri Palestina, Rabu (24/9/2025), mengecam keputusan penjajah ‘Israel’ menutup pos pelintasan utama antara Tepi Barat dan Yordania.
Kementerian menyebut langkah tersebut sebagai hukuman kolektif dan mendesak agar pos pelintasan segera dibuka kembali, seperti dilaporkan Anadolu.
Kementerian tersebut menginstruksikan kedutaan besar dan perwakilan Palestina di luar negeri untuk memperkuat kontak diplomatik dengan pemerintah tuan rumah dan badan internasional guna mengungkap apa yang mereka gambarkan sebagai kejahatan yang diperintahkan langsung oleh gembong zionis Benjamin Netanyahu.
Mereka menekankan bahwa penutupan Jembatan Allenby/King Hussein telah menyebabkan kesulitan kemanusiaan dan ekonomi yang parah; meninggalkan ribuan warga Palestina terpisah dari keluarga, pekerjaan, sekolah, dan perawatan medis mereka.
Pelintasan tersebut merupakan satu-satunya pintu gerbang bagi lebih dari 3 juta penduduk Tepi Barat untuk mengakses dunia luar.
“Penutupan ini merupakan bagian dari kejahatan ‘Israel’ mengenai sanksi kolektif dan aneksasi bertahap terhadap Tepi Barat, yang mengubahnya menjadi penjara raksasa,” kata pernyataan tersebut.
Kementerian juga memperingatkan bahwa tindakan sepihak semacam ini dirancang untuk meningkatkan ketegangan dan menghancurkan prospek negara Palestina.
Pelintasan tersebut ditutup pada Kamis (18/9/2025) lalu setelah dua serdadu ‘Israel’ mati dalam serangan penembakan di sana.
Selasa (23/9/2025), Radio Militer ‘Israel’ melaporkan bahwa Netanyahu telah memutuskan untuk tetap menutup pelintasan tersebut sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Penutupan ini terjadi di tengah gelombang pengakuan internasional terhadap Palestina. Sebelas negara, termasuk Prancis, Inggris, Kanada, Australia, dan Belgia, mengumumkan pengakuan mereka terhadap kedaulatan Palestina dalam tiga hari terakhir sehingga totalnya menjadi 159 dari 193 negara anggota PBB. (Al Jazeera | Middle East Monitor)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.