Hamas Apresiasi Langkah Spanyol Lakukan Embargo Senjata Total terhadap ‘Israel’

27 September 2025, 11:51.

Foto: PIC

GAZA (PIC | BBC) – Hamas menyambut baik keputusan Spanyol untuk memberlakukan embargo senjata secara total terhadap rezim penjajah zionis ‘Israel’.

Hamas menyebut langkah tersebut mencerminkan komitmen etis dan politik negara Eropa tersebut dalam menghadapi kejahatan perang dan kekejaman yang terjadi di Jalur Gaza.

Dalam pernyataan pada Rabu (24/9/2025), Hamas menggambarkan keputusan Spanyol sebagai langkah penting untuk menekan penjahat perang Benjamin Netanyahu agar menghentikan genosida dan pembersihan etnis di Gaza.

Hamas kembali menekankan perlunya semua negara memberlakukan boikot total terhadap rezim ‘Israel’ guna menghentikan kejahatan perangnya di wilayah Palestina terjajah.

Hamas juga menyerukan dukungan bagi rakyat Palestina dan perjuangan nasional mereka, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri dan pendirian negara Palestina merdeka dengan Baitul Maqdis sebagai ibu kotanya.

Pemerintah Spanyol, Selasa (23/9/2025), menyetujui larangan komprehensif terhadap pasokan senjata ke ‘Israel’ sebagai langkah untuk menghentikan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

Berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan pemerintah, Menteri Ekonomi Carlos Cuervo mengatakan kabinet memutuskan melarang ekspor semua peralatan, produk, dan teknologi pertahanan kepada ‘Israel’, beserta impornya.

Cuervo menambahkan bahwa keputusan tersebut juga memblokir permintaan untuk mentransfer bahan bakar aviasi yang berpotensi digunakan untuk tujuan militer dan melarang impor serta promosi produk yang berasal dari permukiman ilegal di Gaza dan Tepi Barat terjajah.

Pengakuan yang Terlambat

Di Ramallah, banyak kalangan yang khawatir pengakuan Barat terhadap negara Palestina datangnya terlalu sedikit dan terlambat.

“Aku sangat senang ada orang-orang yang bisa melihat penderitaan kami di Palestina dan memahami masalah yang kami hadapi,” kata Diaa, 23 tahun, yang merahasiakan nama lengkapnya. “Meskipun pengakuan itu penting, yang benar-benar kami butuhkan adalah solusi.”

“Pengakuan ini tetap hal yang positif setelah sekian lama,” ucap Kamal Daowd, 40 tahun, di sebuah jalan ramai Ramallah. “Namun, tanpa tekanan internasional, ini tidak akan cukup.”

“Kalau pengakuan itu datang tanpa memberikan hak-hak kami,” lanjutnya, “maka itu tidak lebih dari tinta di atas kertas.”

Sejak menduduki Baitul Maqdis pada Perang Timur Tengah tahun 1967, ‘Israel’ telah membangun sekira 160 permukiman ilegal—menurut hukum internasional—yang menampung 700.000 pemukim ilegal Yahudi. Sekira 3,3 juta warga Baitul Maqdis dipaksa hidup berdampingan dengan mereka.

Hampir dua tahun sejak agresi genosida di Gaza, ‘Israel’ semakin memperketat cengkeramannya atas Baitul Maqdis.

Mereka menargetkan kantong-kantong perlawanan bersenjata Palestina di kamp-kamp pengungsian di bagian utara, melakukan operasi militer besar-besaran, serta penghancuran bangunan secara masif, yang memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka.

Otoritas Palestina, yang memerintah sebagian wilayah Baitul Maqdis yang tidak dikuasai langsung oleh penjajah, telah berada di bawah pengepungan ekonomi jangka Panjang karena ‘Israel’ menahan pemasukan pajak yang dibutuhkan untuk membayar guru dan polisi.

Gaji telah dipotong separuh, bahkan sebagian pegawai hanya diperintahkan bekerja dua hari dalam sepekan.

Di berbagai wilayah di Tepi Barat terjajah, ratusan pos pemeriksaan militer baru kembali bermunculan, sering kali disertai penutupan jalan mendadak. Warga Baitul Maqdis mengatakan, perjalanan yang biasanya singkat kini bisa memakan waktu berjam-jam. 

Para pemukim ilegal Yahudi pun meningkatkan serangan terhadap warga Baitul Maqdis, dan secara sepihak mendirikan puluhan permukiman ilegal baru. 

Pada saat yang sama, negara palsu zionis juga meluncurkan dorongan besar untuk ekspansi permukiman ilegalnya, termasuk proyek raksasa E1 di dekat Baitul Maqdis. Mereka berencana membangun 3.400 unit rumah bagi pemukim ilegal.

Kelompok HAM mengatakan, proyek ini secara efektif akan membelah Baitul Maqdis menjadi dua, menghancurkan harapan terwujudnya Palestina merdeka yang berdaulat dan berkesinambungan. (PIC | BBC)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Pesepak Bola Palestina Muhammad Al-Satari Dibunuh Saat Antre Bantuan Kemanusiaan
158 Perusahaan dari 11 Negara Terlibat dalam Aktivitas Permukiman Ilegal ‘Israel’ di Wilayah Palestina Terjajah »