PCBS: “39 Ribu Anak di Gaza Kehilangan Satu atau Kedua Orang Tua Mereka”

31 October 2025, 17:06.

Kakek dan nenek Palestina ini turun tangan membesarkan 36 cucu yatim piatu. (Tangkapan layar/Al Jazeera)

GAZA (Al Jazeera | PIC) – Selama dua tahun terakhir sejak penjajah ‘Israel’ melancarkan agresi genosidanya, sejumlah besar generasi rakyat Gaza telah dilenyapkan.

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS), lebih dari 39 ribu anak di Gaza telah kehilangan satu atau kedua orang tua mereka. Dari jumlah itu, sekira 17 ribu anak menjadi yatim piatu sejak Oktober 2023, ketika gelombang genosida penjajah dimulai.

Namun, di reruntuhan Kota Gaza, sepasang suami istri lansia—Hamed dan Rida Aliwa—kini terpaksa membesarkan 36 cucu yatim piatu, setelah kelima putra mereka gugur dibantai oleh penjajah ‘Israel’.

“Anak-anak ini butuh perhatian, butuh makanan, air, dan kasih sayang khusus,” ujar Rida (60 tahun) kepada jurnalis Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum.

“Ini tanggung jawab yang sangat besar, dan terkadang rasanya membuat dada sesak.”

Setiap anak di rumah kecil mereka hidup dengan luka batin dan kehilangan—belajar bertahan dengan sepotong roti yang dibagi ramai-ramai, dan tidur di bawah dentuman bom yang tak henti-hentinya mengguncang langit Gaza.

Aku Rindu Anak-Anakku yang Syahid

Rida tak mampu menyembunyikan kesedihannya.

“Aku akan berbohong kalau bilang aku tidak merindukan mereka. Aku merindukan mereka setiap detik. Sekarang aku harus menjaga anak-anak mereka yang terluka,” ucapnya lirih.

Menurut UNICEF, lebih dari 20.000 anak telah dibunuh selama dua tahun agresi biadab ‘Israel’. Artinya, setiap satu jam, satu anak Gaza  kehilangan nyawanya.

Sekira 3.000 hingga 4.000 anak Gaza juga kehilangan satu atau lebih anggota tubuhnya akibat serangan-serangan brutal itu.

Setiap Hari adalah Perjuangan

Setiap hari bagi keluarga Aliwa adalah perjuangan: mencari makanan, mendapat air bersih, serta melindungi cucu-cucu kecil mereka dari maut yang terus mengintai.

“Kebutuhan-kebutuhan dasar untuk hidup saja hampir mustahil ditemukan,” ujar Hamed.

“Kami tidak punya jaminan apa pun, tidak punya tempat tinggal tetap, dan tidak tahu bahaya apa yang menunggu esok hari.”

Sejak gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat berlaku pada 10 Oktober, sekira 473.000 warga Gaza telah kembali ke bagian utara wilayah itu; hanya untuk mendapati rumah mereka rata dengan tanah dan bahan pangan nyaris tak lagi tersedia.

“Kami hidup di bawah teror dengungan drone penjajah setiap malam. Tak bisa tidur, dan selalu takut perang akan dimulai lagi,” kata Hamed.

Korban Tewas Tercatat 68.643 Orang

Jumlah korban tewas akibat agresi genosida zionis ‘Israel’ di Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023, telah melonjak menjadi 68.643 orang, menurut Kementerian Kesehatan pada Rabu (29/10/2025).

Kementerian menambahkan bahwa jumlah total korban luka juga melonjak menjadi 170.655 orang.

Dalam laporan hariannya, Kementerian menyatakan bahwa 104 warga Palestina gugur dan 243 lainnya terluka akibat serangan ‘Israel’ yang dilancarkan antara Selasa malam hingga Rabu dini hari.

Sejak perjanjian gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober 2025, setidaknya 211 warga Palestina telah gugur, 597 lainnya luka-luka, dan 482 jenazah telah ditemukan. 

Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO) melaporkan bahwa jumlah jurnalis yang gugur sejak awal agresi genosida ‘Israel’ di Gaza telah meningkat menjadi 256, setelah gugurnya reporter Muhammad al-Munirawi. 

GMO mengecam keras penargetan sistematis terhadap jurnalis Palestina oleh penjajah ‘Israel’. GMO menyebutnya sebagai upaya terencana untuk membungkam kebenaran dan menghapus bukti kejahatan perang. 

Lembaga itu menyerukan Federasi Jurnalis Internasional dan komunitas global untuk menuntut pertanggungjawaban ‘Israel’ serta para sekutunya—AS, Inggris, Jerman, dan Prancis—atas pembunuhan berkelanjutan terhadap pekerja media di Gaza. (Al Jazeera | PIC)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Penjajah Setujui Pembangunan Ratusan Permukiman Ilegal Baru di Wilayah Timur Baitul Maqdis
Presiden Suriah: Rekonstruksi Negara Harus Didorong Investasi, Bukan Bantuan »