Senjata Mematikan Bernama Gas Air Mata

18 December 2011, 08:08.

JAKARTA, Ahad (Sahabatalaqsha.com): Di tangan penjajah ‘Israel’, hampir semua hal dapat berubah menjadi sesuatu yang ekstrim, fatal, dan mematikan. Salah satunya adalah penggunaan gas air mata yang jelas-jelas sudah ditetapkan oleh ‘Israel’ sendiri agar tidak ditembakkan secara langsung ke arah demonstran. Di lapangan, larangan ini sama sekali tidak berlaku.

Dalam sebuah tulisannya pada laman The National, Joseph Dana—seorang jurnalis yang ditempatkan di Ramallah menyoroti penggunaan gas air mata yang berubah fungsi menjadi senjata mematikan. Peristiwa terbaru adalah penembakkan jarak dekat terhadap seorang demonstran di desa Nabi Saleh yang bernama Mustafa Tamimi.

Tamimi, 28, meninggal sehari setelah serdadu Zionis menembakkan gas air mata ke wajahnya dengan jarak sekitar tiga meter. Akibat tembakan langsung itu, setengah dari wajah Tamimi rusak berat.

Tamimi adalah salah satu demonstran di desa Nabi Saleh, Tepi Barat. Menurut Dana, dalam dua tahun terakhir ini, setiap minggu, penduduk desa Nabi Saleh rutin menggelar aksi demonstrasi. Mereka memprotes pelanggaran batas yang dilakukan pemukim-pemukim ilegal ‘Israel’ di tanah mereka.

Para pengunjuk rasa ini mengatakan, ratusan demonstran terluka—beberapa di antaranya mengalami luka serius, dalam aksi demonstrasi tersebut. Meski begitu, tidak seorang pun yang tewas—sampai minggu lalu saat peristiwa penembakan Tamimi.

Kematian Tamimi ini langsung disambut dengan aksi protes terhadap tentara ‘Israel’ yang mengingkari peraturannya sendiri. Peraturan militer ‘Israel’ telah menetapkan bahwa para tentara dilarang menembakkan gas air mata secara langsung ke arah demonstran karena dapat menyebabkan kematian.

Para penduduk Palestina juga sudah seringkali membawa pelanggaran perang ‘Israel’ ini ke pengadilan, tetapi tidak ada satu pun serdadu ‘Israel’ yang berhasil dituntut akibat kekejamannya.

‘Israel’ memang sengaja menciptakan pengendalian yang ekstrim dalam merespons aksi demonstran. Pada tahun 2009, seorang demonstran bernama Bassem Abu Rahman tewas seketika akibat tembakkan gas air mata dalam jarak dekat.

Lalu bulan Januari kemarin, saudara Bassem, Jawahar Abu Rahmah tewas akibat kontak yang terlalu lama dengan gas air mata. Kemudian pada tahun 2008, seorang aktivis asal Amerika Serikat (AS), Tristan Anderson dinyatakan lumpuh setelah terkena pukulan langsung oleh tabung gas air mata saat terjadi demonstrasi di desa Ni’ilin.

Secara tidak langsung, AS ikut bertanggung jawab atas penggunaan gas air mata ini. Salah satu perusahaan AS, yaitu Combined Systems Inc (CSI) tercatat sebagai pemasok utama gas air mata yang digunakan di Tepi Barat.

Setelah Abu Rahmah tewas karena menghirup dalam jumlah besar gas air mata buatan perusahaan AS tersebut, sejumlah kelompok proPalestina menyatakan protes dan memboikot perusahaan tersebut. Namun tidak ada satu pun pejabat CSI yang buka suara terkait produk mematikannya itu.

Pihak produsen sendiri tampaknya tidak memedulikan dampak negatif yang timbul dari hasil produksinya. Sejumlah perusahaan gas air mata AS bahkan terus menggenjot produksinya, seiring melonjaknya keuntungan mereka karena tingginya permintaan gas air mata.

Dampak mematikan, bagi para produsen, sepadan dengan keuntungan yang mereka raih. Di wilayah lain, penggunaan gas air mata juga seringkali menimbulkan korban jiwa. Pada Januari lalu, misalnya seorang fotografer asal Perancis, Lucas Mebrouk Dolega tewas akibat tembakan gas air mata dari jarak dekat oleh polisi Tunisia.

Kini, gas air mata menjadi instrumen utama yang digunakan rezim otoriter dalam mengendalikan protes sosial yang menantang kekuasaan mereka di Timur Tengah. Di jalan-jalan Kairo dan Tunisia, kita akan mudah sekali menemukan bekas-bekas tabung gas air mata.

Bagi ‘Israel’, gas air mata memungkinkan para serdadunya untuk menghancurkan aksi demonstrasi di seluruh Tepi Barat, tanpa menarik kecaman luas dari masyarakat internasional. Penggunaan gas air mata ini juga jelas merupakan praktik impunitas karena si pelaku selalu lolos dari proses investigasi. (MR/Sahabat al-Aqsha)

20111218-080622.jpg

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« 450 Pasien Gagal Ginjal di Gaza Terancam Tidak Dapat Perawatan Maksimal
Ratusan Penduduk Palestina Protes Rencana Pelarangan Suara Adzan »