Abu Salmiya: Penyakit Pernapasan dan Kulit Menyebar Luas di Pengungsian Gaza 

4 September 2025, 19:59.

Seorang serdadu penjajah ‘Israel’ mengarahkan senjatanya saat melakukan serangan di kamp pengungsian Balata, sebelah timur kota Nablus, Tepi Barat terjajah, 11 Agustus 2025. (Jaafar Ashtiyeh/AFP)

GAZA (PIC | DCI-Palestine) – Dr. Muhammad Abu Salmiya, Direktur Kompleks Medis Al-Shifa, mengatakan bahwa situasi kesehatan dan kemanusiaan di Jalur Gaza telah mencapai titik terburuknya sejak awal agresi ‘Israel’. 

Ia memperingatkan akan runtuhnya sistem kesehatan secara total. 

Abu Salmiya menjelaskan bahwa rumah sakit telah terisi penuh, dengan tingkat hunian tempat tidur mencapai antara 250% dan 300%. Pasien yang mengalami infeksi luka meningkat tajam. 

Agustus lalu, jumlah kematian akibat kelaparan mencapai jumlah tertinggi sejak awal agresi, dengan perkiraan peningkatan kematian lebih lanjut di periode mendatang karena kekurangan pangan yang berkelanjutan. 

Ia menekankan bahwa obat-obatan dan perlengkapan medis telah mencapai titik kritis, dengan kekurangan melebihi 60%.

Stok obat anestesi, platinum, plester, obat darurat dan bedah, antibiotik, serta obat kanker dan penyakit kronis telah habis sepenuhnya.

Obat-obatan tersebut tidak tersedia, bahkan di pusat kesehatan, organisasi internasional, atau apotek swasta.

Abu Salmiya menjelaskan bahwa kamp-kamp pengungsian mengalami penyebaran penyakit pernapasan dan kulit yang luas, seiring dengan peningkatan kasus sindrom Guillain-Barré, yang memperburuk krisis kesehatan bagi warga Palestina.

Di tingkat kemanusiaan, ia mengatakan bahwa penduduk terus-menerus mengalami pengungsian dalam kondisi yang sulit—tanpa cukup makanan atau air minum yang aman—karena air yang digunakan sehari-hari bercampur dengan limbah.

Abu Salmiya menekankan bahwa hanya penghentian genosida yang dapat menyelesaikan krisis tersebut dan konsekuensinya. Ia menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera campur tangan guna menghentikan agresi genosida zionis.

Jumlah Anak-anak Berstatus ‘Tawanan Administratif’ Melonjak

Jumlah anak-anak Baitul Maqdis yang disekap dalam status ‘penahanan administratif’ tanpa dakwaan maupun proses peradilan, mencapai rekor tertinggi, lapor Defense for Children International-Palestine (DCIP).

Sebanyak 360 anak Baitul Maqdis ditahan di penjara-penjara ‘Israel’ per 30 Juni, menurut data terbaru dari ‘Israel’ Prison Service (IPS), yang merupakan jumlah tertinggi sejak awal 2016.

Sebanyak 147 anak, atau 41 persen dari total, ditahan dalam penahanan administratif tanpa dakwaan maupun proses peradilan, yang merupakan jumlah tertinggi sekaligus proporsi tertinggi yang tercatat sejak DCIP mulai memantau angka-angka ini pada tahun 2008.

“Setiap bulan sejak Oktober 2023, pasukan ‘Israel’ dengan cepat memperluas praktik penahanan administratif untuk menyasar anak-anak Palestina,” tukas Ayed Abu Eqtaish, Direktur Program Akuntabilitas di DCIP.

“Anak-anak ini mendekam di penjara-penjara ‘Israel’ yang penuh sesak, diberi makan makanan busuk, dan dipukuli setiap hari oleh penjaga ‘Israel’. Sementara itu, mereka sepenuhnya terisolasi dari dunia luar, termasuk dari keluarga dan pengacara mereka. Mereka semua harus segera dibebaskan.”

IPS, yang biasanya merilis data tawanan setiap triwulan, terlambat lebih dari dua bulan dalam merilis data dari triwulan kedua tahun 2025.

Penundaan ini merupakan upaya lain dari rezim negara palsu ‘Israel’ untuk mengaburkan dan membatasi informasi mengenai praktik penahanan sewenang-wenangnya, termasuk kepada anak-anak.

Sejak Oktober 2023, negara palsu ‘Israel’ telah sangat membatasi kunjungan pengacara ke penjara-penjara, sedangkan kunjungan keluarga telah ditangguhkan sepenuhnya.

Lembaga advokasi dan kemanusiaan menghadapi kesulitan besar dalam mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia, penyiksaan, dan perlakuan buruk yang dialami oleh warga Baitul Maqdis yang ditahan, terutama anak-anak. (PIC | DCI-Palestine)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« “Mereka Memang Hancurkan Rumah Kami, tetapi Mereka Tak Bisa Hancurkan Ikatan Hati dan Kenangan Kami”
Tiga Organisasi HAM Palestina Disanksi Amerika, Kecaman Meluas »